HAKIKATMANUSIA MENURUT ISLAM. HAKIKAT MONOTEISME ISLAM (KAJIAN ATAS KONSEP TAUHID "LAA ILAAHA ILLALLAH") Roni Ismail*. Abstract According to Islam, all humans are born in a state of fitrah or an innate inclination of tawhid (Oneness). In a further development, some people deviated from their fithrah, some remains in their desposition
HAKIKAT TASAWUFOleh Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan al FauzanKata tasawuf dan sufi tidak dikenal pada awal Islam. Ia terkenal ada setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari umat-umat yang hidup di belakang Islam ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan dalam Majmu’ Fatawa-nya ”Adapun kata sufi tidak dikenal di 3 masa yang utama shahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan hanya dikenal setelah masa itu. Hal ini banyak dinukil oleh para imam , seperti imam Ahmad bin Hambal , Abu Sulaiman Ad-darani dan lain-lain. Diriwayatkan bahwa Sufyan Ats-Tsuari berbicara tentang masalah ini sufi, tapi sebagian mereka mengatakan riwayat tsb dari Al Hasan Al Sufi itu tidak ada dalam Islam. Ada yang mengatakan bahwa asalnya adalah dari kata Shuuf bulu domba dan inilah yang terkenal di kalangan banyak orang. Dan sufi yang pertama muncul adalah di negeri yang pertama kali mengadakan gerakan sufi ini adalah sebagian dari sahabat Abdul Wahid bin Zaid , ia adalah seorang sahabat Al Hasan Al Basri. Ia Abdul Wahid populer di Basrah dengan sifatnya yang keterlaluan dalam zuhud , ibadah , rasa takut dan lain-lain. Tidak ada penduduk kota itu yang seperti Syaikh telah meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Muhammad bin Sirin bahwa telah sampai berita kepadanya tentang sebagian kaum yang lebih mengutamakan pakaian dari bulu domba. Ia berkata ” Sesungguhnya ada suatu kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu domba. Mereka mengatakan ingin meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi kita lebih kita cintai. Nabi juga memakai pakaian dari katun dan lain-lain, atau komentar yang senada dengan beliau Ibnu Taimiyah melanjutkan ” Mereka menisbatkan kepada pakaian yang dhahir, yaitu pakaian dari bulu domba, maka mereka disebut shuffi…. Akhirnya beliau ibn Taimiyah berkata ” Maka inilah asal tasawwuf, kemudian berkembang menjadi beraneka ragam dan bercabang-cabang”[1]Disini diterangkan bahwa tasawuf tumbuh di negeri-negeri Islam melalui para ahli ibadah dari Basrah sebagai hasil dari sikap keterlaluan mereka dalam zuhud dan ibadah. kemudian hal itu terus berkembang melalui kitab-kitab orang belakangan dan ditanamkan dinegeri-negeri kaum muslimin melalui ideologi-ideologi llain seperti Hindu, Budha dan kepasturan Nashrani. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Muhammad bin Sirrin yang berkata ”Sesungguhnya ada suatu kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu domba. Mereka mengatakan ingin meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi kita lebih kita cinta.”Jelaslah bahwa tassawuf memiliki ikatan dengan agama Nashrani !!!Dr. Shobir Tho’imah memberi komentar dalam kitab As Shufiyah Mu’taqadan wa Maslakan ”Jelas bahwa tasawuf memiliki pengaruh dari kehidupan para pendeta Nashrani , mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara. dan ini banyak sekali . Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan negeri dengan tauhid. Islam memberikan bekas dengan jelas terhadap kehidupan peribadatan orang-orang dahulu”[2]Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir rahimahullah berkata dalam bukunya At Tashawwuf al Mansya’ wal Mashadir ” Ketika kita memperhatikan dengan telitiI tentang ajaran sufi yang pertama dan terakhir belakangan serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab sufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Sufi dengan al Qur’an dan As Sunnah. Begitu juga kita tidak melihat adanya bibit-bibit sufi di dalam perjalanan hidup Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat beliau , yang mereka adalah sebaik-baik pilihan Allah dari kalangan mahlukNya setelah para Nabi dan Rasul ,ed , tetapi kita bisa melihat bahwa sufi diambil dari percikan kependetaan Nasharani , Brahmana Hindu dan Yahudi serta kezuhudan agama Budha[3].Syaikh Abdurrahman al Wakil rahimahullah berkata di dalam kitabnya Mashra’ut Tashawwuf ”Sesungguhnya tasawwuf itu adalah tipuan/makar paling rendah/hina dan tercela. Setan telah membuatnya menipu para hamba Allah dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan rasulNya. Sesungguhnya tasawuf adalah sebagai topeng kaum Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang Rabbani , bahkan juga topeng semua musuh agama ini Islam. Bila diteliti ke dalam akan ditemui di dalamnya ajaran sufi itu Brahmaisme, Budhisme, Zorotoisme, Platoisme, Yahudisme, Nashranisme, dan Paganisme”[4]Dalam kesempatan ini kita telah membawakan pendapat-pendapat dari kitab-kitab sekarang tentang asalnya sufi dan juga banyak yang tidak kita sebutkan yang semuanya saling berpendapat seperti ini. Jelaslah bahwa sufi adalah ajaran dari luar yang menyusup ke dalam Islam. Hal ini tampak dari kebisaan-kebiasaan yang dinisbatkan kepadanya tashawwuf. Sufi adalah suatu ajaran yang aneh asing di dalam Islam dan jauh dari petunjuk Allah Azza wa dimaksud dengan kalangan sufi yang belakangan adalah mereka yang sudah banyak berisi kebohongan. adapun yang terdahulu dinisbatkan , mereka masih netral seperti Al Fudhail bin Iyadh , Al Junaid , Ibrahim bin Adham dan lain-lain.[Disalin dari kitab Haqiqatuth Tashawwuf wa Mauqifush Shufiyyah min Ushulil Ibadah wad Diin, Edisi Indonesia Hakikat Tasawwuf, Penulis Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan, Alih Bahasa, Muhammad Ali Ismah, Penerbit Pustaka As-Salaf , Gumpang RT 02/03 N0. 559 Kertasura Solo 57169 Cetakan I Rabi’ul Tsani 1419 H / Agustus 1998M] ________ Footnote [1] Majmu Fatawa XI 5-7 , 16, 17 [2] As Shufiyah Mu’taqadan wa Maslakan [3] At Tashawwuf al Mansya’ wal Mashadir [4] Mashra’ut Tashawwuf
Doaminta jodoh Untuk Lelaki Doa dalam Al-Qur'an: "Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a'yuniw, waj'alna lil muttaqiena imaamaa." Artinya: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh [isteri-isteri] kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
ArticlePDF Available AbstractHappiness is an eternal concept that will always keep being up to date which means the concept of happiness will never be ended for discussion. Starting from ancient times, people today, and people in the future always want the same thing as happiness. The concept of happiness is not something new for both the world of Sufism and philosophy, therefore the concept of happiness experiences the dynamic development of the concept. Hamka is one of the scholars in Indonesia who discusses the concept of happiness, but Hamka has its own characteristics in explaining happiness. According to Hamka, happiness actually exists in every human being, happiness can be achieved from inside, not from outside, happiness that comes from outside of ourself is only as a complement to happiness inside, happiness can be achieved if humans always hone and develop tools which can be used to achieve happiness and these tools are religion, reason, and mind. These three things have a relationship with each other, if humans are able to develop these three things then humans can achieve happiness in their lives. In achieving happiness, these three things can be applied by using several methods namely zuhud, sincere, qana’ah and tawakal. The background of this research will explain the concept of happiness in the modern mysticism of Hamka. This research is a library research, and to make it more functional and useful, this paper will be equipped by a description method, interpretation and analysis of data in detail for each problem raised, therefore it can obtain a comprehensive understanding. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Vol. 19, No. 2, Juli 2019 ISSN 1411-9951JURNAL FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAMREFLEKSIPenanggung JawabKetua Program Studi Aqidah dan Filsafat IslamFakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan KalijagaKetua PenyuntingMuhammad TaukSekretaris PenyuntingNovian WidiadharmaPenyunting PelaksanaSyaifan NurFahruddin FaizFatimahPelaksana Tata UsahaSukandriAlamat Redaksi/Tata Usaha Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto, telp. 0274 512156, YogyakartaReeksi diterbitkan pertama kali pada bulan Juli 2001 oleh Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan terbit dua kali dalam satu tahun bulan Januari dan JuliReeksi menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan di media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kwarto A4 spasi ganda sepanjang 20-30 halaman dengan ketentuan seperti dalam halaman kulit sampul belakang. Penyunting berhak melakukan penilaian tentang kelayakan suatu artikel baik dari segi isi, informasi maupun penulisan. Vol. 19, No. 2, Juli 2019 ISSN 1411-9951JURNAL FILSAFAT DAN PEMIKIRAN ISLAMREFLEKSIDaftar Isiv Daftar Isiv EditorialArtikelv Membaca Kisah Nabi Daud Menggunakan Semiotika Roland Barthes Jarot Nanang Santoso dan Indal Abror, hlm. 129-146v Kontekstualisasi Teologi Modern Kritik Hassan Hana terhadap Teologi Tradisional Muhammad Tauk, hlm. 147-164v Doktrin Tasawuf Dalam Kitab Fushus Al-Hikam Karya Ibn Arabi Ali Usman, hlm. 165-175v Corak Ajaran Tasawuf Dalam Pêpali Ki Agêng Selo Ditinjau Dari Perspektif Hermeneutik Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher Rima Ronika, hlm. 177-204v Konsep Kebahagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamka Arrasyid, hlm. 205-220v Mahabbah Dan Ma’rifah Dalam Tasawuf Dzunnun Al-Mishri Mina Wati, hlm. 221-239v Sosok Ratu Adil Dalam Ramalan Jayabaya Muh. Fatkhan, hlm. 241-251 EDITORIALDengan nuansa pemikiran kritis terhadap tema lsafat, kalam, tasawuf dan pemikiran keislaman lainnya pada edisi kali ini Jurnal Reeksi menampilkan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan berbagai kajian ilmiah yang senantiasa menarik untuk dibaca dan didiskusikan. Dimulai dari tulisan Jarot Nanang Santoso dan Indal Abror yang berjudul Membaca Kisah Nabi Daud Menggunakan Semiotika Roland Barthes, mengupas tentang penerapan semiotika Roland Barthes yang menuntut pembacaan dua tingakatan, pembacaan heuristik dan pembacaan retroaktif dalam kisah Daud. Kemudian dilanjutkan tulisan Muhammad Tauk yang mengulas pemikiran Hassan Hana yang salah satu argumennya mencoba melakukan kritik terhadap teologi tradisional yang menurutnya terlalu bercorak teologi-sentris. Teologi tradisional menurutnya terlalu monoton hanya memperbincangkan urusan “langit” padahal kita hidup di dunia bersama sesama manusia. Kemudian tulisan Ali Usman yang berjudul Doktrin Tasawuf dalam Kitab Fushus al-Hikam Karya Ibn Arabi yang menguraikan tentang Ibn Arabi banyak sekali menulis buku/karya. Fushus al-Hikam, meski risalah pendek, dan tidak setebal magnum opus-nya, al-Futuhat al-Makkiyah, sangatlah terkenal dan banyak dikaji oleh generasi setelahnya. Lalu tulisan Rima Ronika yang mengupas tentang Pêpali Ki Agêng Selo yang mencerminkan peralihan jaman dalam keagamaan. Filsafat hidup Ki Agêng Selo dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuannya tentang agama, lsafat dan ilmu hidup untuk memperluas pengaruhnya kepada rakyat, yang sedang mengalami kegoncangan dalam pandangan hidupnya, akibat perebutan kekuasaan antara ajaran Hiduisme dan tulisan Arrasyid yang menulis Konsep Kebahagiaan dalam Tasawuf Modern Hamka yang memaparkan kebahagiaan itu sebenarnya telah ada dalam diri setiap manusia, kebahagiaan itu bisa dicapai dalam diri bukan dari luar diri, kebahagiaan yang berasal dari luar diri itu hanya sebagai pelengkap dari kebahagiaan di dalam diri, Dilanjutkan dengan tulisan Minawati yang menulis tentang Mahabbah dan Ma’rifah dalam Tasawuf Dzunnun al-Mishri yang menjelaskan bahwa cinta memiliki nilai kausalitas atau timbal balik antara Tuhan dengan makhluknya. Ketika cinta sudah pada tataran “saling” maka kemungkinan yang terjadi diibaratkan seperti magnet. Semakin mendekat maka ia akan semakin lengket dengan yang didekati. Terakhir tulisan Moh. Fatkhan yang menguraikan ideologi Ratu Adil atau juru selamat dalam sejarah umat manusia tidak akan luput dari perhatian. vi EditorialFenomena Ratu Adil ini akan senantiasa muncul dan melekat dalam sejarah kehidupan manusia. Ratu Adil bukan hanya merupakan “Ratu” atau “Raja” , tetapi lebih dari itu, Ratu Adil hendaknya memiliki kekuatan moral, spiritual, serta sejahtera dan selamat membaca. Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 205 KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM TASAWUF MODERN HAMKAArrasyidUIN Imam Bonjol PadangEmail Arrasyid350 is an eternal concept that will always keep being up to date which means the concept of happiness will never be ended for discussion. Starting from ancient times, people today, and people in the future always want the same thing as happiness. The concept of happiness is not something new for both the world of Susm and philosophy, therefore the concept of happiness experiences the dynamic development of the concept. Hamka is one of the scholars in Indonesia who discusses the concept of happiness, but Hamka has its own characteristics in explaining happiness. According to Hamka, happiness actually exists in every human being, happiness can be achieved from inside, not from outside, happiness that comes from outside of ourself is only as a complement to happiness inside, happiness can be achieved if humans always hone and develop tools which can be used to achieve happiness and these tools are religion, reason, and three things have a relationship with each other, if humans are able to develop these three things then humans can achieve happiness in their lives. In achieving happiness, these three things can be applied by using several methods namely zuhud, sincere, qana’ah and tawakal. The background of this research will explain the concept of happiness in the modern mysticism of Hamka. This research is a library research, and to make it more functional and useful, this paper will be equipped by a description method, interpretation and analysis of data in detail for each problem raised, therefore it can obtain a comprehensive happiness, zuhud, Susm, philosophyAbstrakKebahagiaan merupakan konsep yang abadi akan selalu kekinian, artinya konsep kebahagiaan tidak akan pernah selesai untuk dibicarakan. Mulai dari orang zaman dahulu, orang zaman sekarang, dan orang dimasa akan datang selalu sama menginginkan yang namanya kebahagian. Konsep kebahagiaan bukanlah sesuatu yang baru baik dalam dunia tasawuf maupun lsafat, sehingga 206 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamkakonsep kebahagiaan mengalami dinamika perkembangan konsep. Hamka adalah salah satu seorang ulama di Indonesia yang membahas tentang konsep kebahagiaan, namun Hamka mempunyai cirikhas tersendiri dalam menjelaskan tentang kebahagiaan. Menurut Hamka kebahagiaan itu sebenarnya telah ada dalam diri setiap manusia, kebahagiaan itu bisa dicapadalam diri bukan dari luar diri, kebahagiaan yang berasal dari luar diri itu hanya sebagai pelengkap dari kebahagiaan didalam diri, kebahagiaan itu bisa dicapai apabila manusia selalu mengasah dan mengembangkan alat yang dapat digunakannya untuk mencapai kebahagiaan dan alat tersebut adalah agama, akal, dan budi yang ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, apabila manusia mampu mengembangkan ketiga hal tersebut maka manusia dapat mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya. Dalam mencapai kebahagiaan ketiga hal tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan beberapa metode yaitu zuhud, ikhlas, qana’ah dan tawakal. Latar belakang dari penelitian ini akan menjelaskan konsep kebahagiaan dalam tasawuf modern Hamka. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan library research, agar lebih fungsional dan bermanfaat, tulisan ini akan dilengkapi dengan uraian dengan metode deskripsi, interpretasi dan analisis data secara terperinci setiap masalah yang dikemukakan, sehingga memperoleh pemahaman yang Kunci Kebahagiaan, zuhud, tasawuf, philosophyA. PendahuluanPada hakikatnya tujuan semua manusia yang dilahirkan ke alam dunia ini secara naluri alamiahnya pasti tidak mengelakkan untuk dapat mencapai kehidupan yang bahagia. Hal ini tidak hanya sebatas penekanan tetapi juga strategi yang jitu pada jiwa manusia yang dilahirkan. Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengingatkan bahwa penekanan pada individu mengimplikasikan pengetahuan akal, nilai, jiwa, tujuan, dan maksud yang sebenarnya dari kehidupan ini. Sebab akal, nilai, dan jiwa adalah unsur-unsur inheren setiap Ada begitu banyak pandangan dan pendapat mengenai kebahagiaan, mulai dari losof Yunani Sokrates, katanya budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Jalan menuju kebaikan adalah jalan yang sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup. Namun, Sokrates tidak pernah mempersoalkan apa itu kebahagian atau hidup sehingga murid-muridnya memberikan pendapat mereka Mohd Nor Wan Daud, , Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas. terj. Hamid Fahmy, Bandung Pustaka, 2003, 2Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta Tutamas Indonesia, 1980, Hlm. 83. Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 207 Bahagia artinya beruntung atau perasaan senang, tenteram bebas dari segala yang menyusahkan. Adapun kebahagiaan yaitu kesenangan dan ketentraman hidup lahir dan batin, keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir dan Adapun pemikiran losof-losof Muslim, pemikiran dalam bidang etika atau lsafat moral menggambarkan kuatnya corak Islam didalamnya. apabila dilihat dari kemanfaatan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan para losof Muslim untuk dijadikan sebagai panduan dalam berperilaku yang baik dan menghindari perilaku yang Pada sisi yang lain pemikiran-pemikiran para losof Muslim dalam bidang etika tidak dapat dipisahkan dari pengaruh ajaran-ajaran tasawuf. Di antara permasalahan penting yang menjadi pemikiran para losof Muslim dalam bidang etika adalah tentang kebahagiaan. Pemikiran-pemikiran mereka dalam masalah etika ini lebih merupakan panduan moral dalam bertingkah laku dalam mencapai ini adalah penelitian kepustakaan librabry research penelitian yang dilaksanakan dengan literatur kepustakaan maka sumber-sumber yang penulis gunakan adalah buku-buku yang memuat tentang Hamka, catatan maupun laporan penelitian terdahulu. Dengan menggunakan metode deskripsi, interpretasi dan analisis. yakni metode dalam bentuk deskripsi agar penulis mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan penelitian ini. Dan metode analisis digunakan agar penulisan ini lebih sistematis pada permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian mencatat informasi yang faktual juga menggambarkan secara rinci dan akurat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan segala bentuk yang diteliti. Adapun sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dan sember data sekunder. Adapun sumber data primernya buku-buku yang memuat tentang Hamka, seperti antara lain; Tasawuf Modern Hamka, Lembaga budi, Akhlakul kharimah, Tafsir Al-Azhar. Adapun sumber data sekundernya adalah karya-karya lain yang membahas tentang Pengertian Hakikat dan Tujuan KebahagiaanKebahagiaan merupakan salah satu impian manusia, semua orang tanpa terkecuali menginginkan kebahagiaan didalam kehidupannya baik itu di dunia maupun di akhirat. Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam kehidupannya, namun tidak ada yang mengetahui secara pasti apa sebenarnya hakikat kebahagiaan itu. Ada yang menganggap bahagia itu saat seseorang menduduki jabatan atau tingkat kekayaan, orang miskin yang tidak memiliki harta kekayaan tentu mengatakan bahagia itu jika memiliki banyak harta, orang sakit mengatakan bahagia itu ketika terbebas atau sembuh dari penyakitnya dan ada juga yang mengatakan bahagia itu ketika namanya disebut-sebut banyak 3Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1990, hlm. dan Ajaran... hlm. 193. 208 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamkaorang. maka dari itu timbul lah berbagai macam pertanyaan mengenai bahagia, apa sebenarnya kebahagiaan itu? Kebahagiaan bak barang hilang yang memang dicari-cari oleh manusia. ia akan senantiasa dicari dalam setiap masa dan tempat. Masing-masing individu mempunyai cara dan mediasi yang berbeda untuk mendapatkannya, sesuai dengan perbedaan karakter, golongan, lingkungan, dan kondisi yang melatarbelakangi Dalam Buku Tasawuf Modern, Hamka mengatakan bahagia adalah sesuatu yang tidak terdenisikan, setiap orang memiliki perbedaan dalam memandang kebahagiaan, Hamka mengatakan, bahwa kebahagiaan inilah yang senantiasa dicari setiap orang, sayangnya, banyak yang tersesat lantaran tidak tahu bahagia itu apa. Sebagian orang mengatakan bahwa kebahagiaan itu letaknya pada harta. Akan tetapi yang berpikir begini adalah orang yang putus asa dalam kemiskinannya. Hendak menjadi kaya namun selalu gagal, kadang dirundung rasa mencapai kesenangan padahal tak diperoleh kesenangan lantaran kehilangan kebahagiaan. Pendapatnya tak didengar lantaran ia miskin, karena itu diputuskannyalah bahwa bahagia itu pada uang, bukan lainnya. Kaidahnya ini berasal dari hati yang kecewa. Jika didenisikan lebih dalam dan rinci ada suatu hal yang menyebabkan manusia sebagai makhluk yang diberikan suatu rasa agar tenang dan tentram juga kebahagiaan sebagai suatu tujuan kehidupan yang patut diraih karena kebahagiaan ialah harapan semua demikian, kebahagiaan berarti kondisi sejahtera, yang di tandai dengan keadaan relatif tetap, dibarengi keadaan emosi yang secara umum gembira, mulai dari sekedar rasa suka sampai dengan kegembiraan menjalani kehidupan dan adanya keinginan alamiyah untuk melanjutkan keadaan ini. Dalam perspektif ini kebahagiaan pada dasarnya adalah berkaitan dengan kondisi kejiwaan memperoleh kebahagiaan, manusia melakukan apapun yang memungkinkan untuk itu, karena kebahagiaan adalah cita-cita tertinggi manusia. Dalam memperoleh kebahagiaan tidak datang secara Ia dilakukan dengan sebuah mengenai kebahagiaan terdapat dalam Al-Fajrayat 27-30, “Hai jiwa yang kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku”.Dalam Tafsir Al-Azhar dijelaskan maksud ayat, “Wahai jiwa yang telah mencapai ketentraman.”Yang telah menyerah penuh dan tawakal kepada Tuhannya, telah tenang, karena telah mencapai yakin kepada Allah SWT. “kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridha dan diridhai.”Artinya, setelah payah engkau dari perjuangan hidup didunia yang fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan sangat lega karena 5kbar Media Eka Sarana, 2006, hlm. “Reeksi Pemikiran Hamka Tentang Metode Mendapatkan Kebahagiaan”, Subtantia, No. 1 Vol. 20, 2018, hlm. 19. Hamka, Tasawuf Modern”, Jakarta Republika Penerbit, 2015, hlm. Reeksi Pemikiran Hamka..., hlm. 21. Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 209 ridha dan Allah pun ridha, karena telah menyaksikan sen diri kepatuhanmu kepada-Nya dan tak pernah mengeluh. “Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku”. Di sana telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain, yang taraf perjuangan hidup mereka sama sepertimu, yaitu bersama para nabi, para rasul dan syuhada itulah semuanya sebaik-baik teman. dan masuklah kedalam surgaku. Di situlah kamu berlepas, menerima cucuran nikmat yang tiadaputus-putus dari Rabbul Nikmat yang belum pernah melihatnya, belum pernah telinga lebih dari yang di khayalkan oleh hati sebagaimana yang disebutkan oleh Hamka, bahwa mencari bahagia bukanlah dari luar diri, tetapi dari dalam. Kebahagiaan yang datang dari luar, kerap kali hampa, palsu. Orang yang begini, kerapkali ragu, syak, cemburu, putus-harapan, sangat gembira jika dihujani rahmat, lupa bahwa hidup ini berputar-putar. Sangat kecewa jika ditimpa bahaya, sehingga lupa bahwa kesenangan terletak diantara dua kesusahan, dan kesusahan terletak diantara dua Atau dalam senang itu telah tersimpan kesusahan, dan dalam kesusahan telah ada unsur dari itu tidaklah dikatakan bahagia terhadap sesuatu yang datang dari luar, kebahagiaan itu sebenarnya telah ada dalam diri manusia itu sendiri, dan bagaimana manusia mengetahuinya itu tergantung pada bagaimana ia mencari kebahagiaan itu, banyak orang yang sulit mencari kebahagiaan didalam kehidupannya karena mereka berpandangan bahwa kebahagiaan itu akan datang dari sesuatu yang ada di luar dirinya, seperti kekayaan, kehidupan mewah, dan mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang tinggi, disebabkan hal tersebut manusia lupa bahwa sebenarnya hal tersebut hanya merupakan pelengkap saja, dan kebahagiaan yang sesungguhnya itu ialah terdapat dalam jiwa dengan adanya rasa bersyukur, merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan selalu memiliki rasa tolong menolong antara satu sama lain. Hamka sebagai seorang tokoh pembaharu Islam di Indonesia tentu mengikuti juga pradigma pemikiran modernis lainnya termasuk pemikiran dalam bidang Tasawuf. Akan tetapi dalam hal ini ada satu fenomena yang agak kontroversial, menarik, yaitu bahwa Hamka mempelajari secara mendalam Ilmu Tasawuf dan meninggalkan karya-karya penting dalam bidang Tasawuf, yaitu Tasawuf Modern. Hamka disatu sisi dikenal sebagai ulama yang berhaluan reformis pembaharu atau modernis yang tipologi pemikiran keagamaannya bersifat rasional dan puritan serta cendrung bersifat kritis terhadap menjelaskan mengenai kebahagiaan Hamka memberikan makna-makna kebahagiaan menurut para ahli. Pemikiran Hamka tentang kebahagiaan 8Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 9, Jakarta GemaInsani, 2015, hlm. Tasawuf Modern, Jakarta Republika, 2015, hlm. “Pemikiran Tasawuf Hamka Dan Relevansinya Bagi Kehidupan Modern”, Mantiq, No. 2 Vol. 2, 2016, hlm. 180-181. 210 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamkaadalah pemaduan antara tasawuf dan lsafat, sehingga konsep tentang bahagia dengan lazim dapat dikaitkan dengan perasaan jiwa yang tenang dan terbukti dalam konsep kebahagiaannya yang identik dengan ajaran tasawuf. Namun, bukan sekedar tasawuf spritual biasa, tapi berlandaskan pada akal, studi dan analisa serta aspek teoritis dan hakekat kebahagian terbagi dua yaitua. Kesenangan Fisik Yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat dirasakan, dinikmati oleh tubuh, sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima kesenangan itu mulai dari tenggorokan sampai ke perut. Bila sumbernya sebagai hasil kerja, maka kepuasan itu dinilai dengan sebutan memuaskan, beres, selesai, upahnya pantas dan sebagainya. b. Kesenangan Psikis/ rohani Bila sumbernya itu dari hasil pikir, yang merasakan kesenangan itu adalah otak, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan ilmiah, merangsang otak, hebat, pemikiran yang mendalam dan Bila sumbernya adalah kepercayaan, yang menikmati kesenangan itu adalah jiwa, dimana kesenangan itu dinilai dengan sebutan menentramkan jiwa, meresapkan rasa iman, takwa dan hakikatnya, kebahagiaan yang sesungguhnya itu bukan saat memiliki apa yang diinginkan, baik dari harta, mobil, pangkat, jabatan, apapun yang diinginkan bisadidapatkan itu bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan yang sesungguhnya itu adalah bersyukur dengan nikmat yang telah Allah berikan, itulah sesungguhnya kebahagiaan yang harus selalu dicari dalam kehidupan ini, berapa banyak orang yang memiliki harta, jabatan, pangkat, tetapi hidupnya tidak merasakan kebahagiaan karena tidak mensyukuri apa yang dimilikinya. Adapun tujuan dari kebahagiaan menurut Hamka disamping kesenangan diri, haruslah dipikirkan pula kesenangan dan kesentosaan bersama, sebab hakikat kesenangan diri itu tidak ada, jika sekiranya hidup bersama belum Wajib tampil ke medan perang, mengorbankan jiwa raga bagi kemuliaan tanah air, biar mati diri sendiri, karena sepeninggal kita kemudian, negara dan bangsa akan hidup bahagia. Itulah tujuan kemanusiaan yang paling tinggi, itulah bedanya manusia dengan jenis yang lain. Demikianlah yang menyebabkan hidup itu terbagi dua, yaitu hidup jasmani dan Tujuan kebahagiaan itu dapat tercapai apabila kebahagiaan yang dirasakan itu juga dirasakan orang lain, karena manusia sebagai makhluk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya yang diberi kelebihan oleh Allah berupa 11Fuadi, Reeksi Pemikiran Hamka..., hlm. Salam, Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia”, Jakarta PT. Rineka Cipta, 1997, hlm. Novel Al-Athos, “Kebahagiaan Yang Hakiki”, Youtube, Diunggah Oleh Habib Novel Al-Athos. hlm. Lembaga Budi”, Jakarta Republika Penerbit, 2016, hlm. 2-3. Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 211 akal dan perasaan mestinya dapat memberikan manfaat antara satu sama lain dan memenuhi segala bentuk kewajibannya kepada sesama Konsep Kebahagiaan Menurut HamkaUntuk memperoleh kebahagiaan, manusia melakukan apapun yang memungkinkan untuk memperoleh kebahagiaan tersebut, karena kebahagiaan adalah cita-cita tertinggi manusia. dalam memperoleh kebahagiaan tidak datang secara tiba-tiba. Ia dilakukan dengan sebuah proses. Banyak manusia yang memperoleh kebahagiaan setelah sebelumnya menderita. Mereka mengubah kondisi penderitaan yang dialaminya dengan penghayatan terhadap terhadap kenyataan hidup yang tidak bermakna, sehingga mereka mampu menemukan hikmah dari Adapun proses yang mesti dilalui manusia untuk memperoleh kebahagiaan dapat dilihat dari1. Dari Segi AgamaKebahagiaan yang diinginkan orang yang hidup di dunia ini memang beragam, begitu pula dengan dasarnya, jika dikaji dasar kebahagiaan dalam Islam, maka Islam mendasarkannya pada Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan kitab yang di jadikan sebagai pedoman oleh umat muslim. Adapun di antara dasar kebahagiaan dalam Al-Qur’an yaitu terdapat dalam Q. S An-Nahl 97 yang berbunyi“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. Dalam Tafsir Al-Azhar dijelaskan pada pangkal ayat ini jelaslah dipertalikan di antara amal shaleh atau perbuatan dan hasil-hasil pekerjaan yang baik dengan kepada Allah menimbulkan amal yang iman saja belumlah berarti sebelum dibuktikan oleh hasil pekerjaan yang baik. Menurut Al-Mahayami, kehidupan yang baik ialah merasa berbahagia dengan amalnya di dunia ini, lebih daripada kesenangan orang yang berharta dan berpangkat dengan harta dan pangkatnya. Dan kebahagiaan perasaannya itu tidak dapat ditumbangkan oleh kesukaran dia ridha menerima pembagian yang diberikan Allah kepadanya. Dan orang yang diberikan kehidupan yang baik di itu akan diberi pula ganjaran yang lebihbaik di menuju kebahagiaan ada yang sulit dan ada juga yang mudah. Jalan menuju kebahagiaan itu adalah agama. Maka tidaklah susah mencapai bahagia menurut agama jika telah tercapai 3 perkara15Fuadi, Reeksi Pemikiran Hamka..., hlm. “Tafsir Al-Azhar Jilid 5”, Jakarta GemaInsani, 2015, hlm. 214-215. 212 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamka1. I’tikadI’tikad berasal dari Bahasa Arab yaitu aqada dipindahkan kepada i’tiqada, artinya ikatan. Jika telah beri’tikad artinya hati manusia telah terikat dengan suatu kepercayaan atau pendirian. Timbulnya i’tikad didalam hati ialah setelah lebih dahulu memikirkan sesuatu yang tidak jelas arahnya, kemudian mendapatkan kesimpulan terhadap suatu pandangan yang menjadi keyakinan yang terikat dan tidak diragukan Seperti yang digambarkan oleh Hamka, orang yang tidak mempunyai i’tikad, adalah menjadi pucuk aru, mengulai kemana gerak angin saja, kemari bukan ke sana entah. Orang yang begini meskipun bagaimana datang dan terangnya kebenaran dimukanya, tidaklah ada nilai hidupnya sebab kompas jantungnya telah rusak. Jiwanya telah dimakan karat. Orang yang begini selamanya tidak akan mendapat i’tikad yang jernih, sebab kirannya tidak bekerja lagi. Itulah sebabnya kita lebih banyak diperintahkan menjaga hati daripada Manusia dalam melakukan pekerjaan yang menjadi pedoman adalah i’tikad-nya . jika manusia melawan i’tikadnya berarti orang tersebut telah didorong oleh kekuatan lain, bukan kekuatan asli dari kehendak jiwanya melainkan kekuatan yang timbul dari musuhnya yaitu hawa-nafsunya. Selama manusia melawan i’tiqadnya dan mengikuti hawa nafsunya selama itu pula hatinya memberontak melawan perbuatan inilah yang dimaksud dalam al-Qur’an yaitu “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” Q. S Ali Imran 135.Dalam Tafsir Al-Azhar dijelaskan Maksud ayat “dan orang yang apabila pernah berbuat kekejian atau menganiaya diri mereka sndiri”, entah terlanjur berbuat dosa atau menempuh jalan yang salah yang berarti mencelakakan dan menganiaya diri sendiri, “lalu mereka ingat akan Allah dan mereka pun memohon ampun dosa-dosa mereka”, mungkin dihadapan manusia bisa membela diri dan mengatakan bahwa yang salah itu bukan salah, tetapi dihadapan Allah manusia tidak dapat berdusta. Oleh sebab itu, apabila jiwa telah dipenuhi oleh iman dan takwa, ia akan segera sadar akan kebesaran Allah, lalu dia memohon agar diberi ampun. Itulah jiwa mukmin sejati, tidak mau mengelak dari tanggung jawab, bahkan dengan tekun dia menyesali kesalahan, kelalaian, dan kealpaan, maka dengan ini Allah akan mengampuni kesalahannya, Allah memang telah mengampuni kesalahan 17Hamka, “Tasawuf Modern”, hlm. Tibry, Konsep Bahagia Hamka Solusi Alternatif Manusia Modern, Padang IAIN IB Press, 2006, hlm. 85-86. Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 213 jika hambanya menyesali kesalahan20 yang telah diperbuat tetapi dilanjutkan dengan ayat “dan tidak mereka berketerusan atas apa yang telah mereka kerjakan itu, padahal mereka mengetahui”, orang mukmin yang telah memohon ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh terhadap kesalahan yang dilakukannya, akan tetapi jangan lagi berbuat yang itu akan menghampiri manusia apabila manusia memiliki tekad yang kuat untuk menjalani kehidupannya, berani mengambil keputusan terhadap segala persoalan yang sedang dihadapi, keputusan tersebut datang dari diri sendiri bukan karena pengaruh dari orang lain dan keputusan tersebut merupakan keputusan yang akibatnya baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Tanpa tekad yang kuat didalam diri manusia akan mudah patah semangat, putus asa terhadap segala tantangan yang muncul untuk mencapai tujuan YakinYakin artinya nyata atau terang. Yakin merupakan lawan dari ragu-ragu. Dalam kehidupan terkadang manusia merasakan keraguan, maka untuk menghilangkan keraguan dibutuhkan dalil atau alasan yang kuat untuk menghilangkan keraguan tersebut. Artinya mendapatkan sebuah Cara memperoleh dalil tidaklah sama diantara manusia. banyak persoalan yang diyakini seseorang tetapi masih diragui oleh yang lain, karena belum mendapat dalilnya. Tetapi dalam persoalan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari ada seseorang yang sepakat meyakininya, misalnya dua kali dua adalah semua orang sama-sama memiliki keyakinan mengenai hal hal ini terdapat dalam Al-Qur’an, “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini ajal”. Q. S. Al-Hijr 99. Jangan berhenti mengingat Allah secara shalat maupun berdzikir baik dalam usaha maupun pekerjaan, sampai datang yakin. Arti yakin dalam keterangan yang masyhur dari ahli-ahli tafsir ialah sampai datangnya maut. Karena dengan demikian, jiwa yang lemah akan menjadi kuat. Betapapun banyak penderitaan yang tidak teratasi lagi oleh kekuatan manusia, namun dengan beribadah jiwa menjadi tabah, sebab sandaran kita adalah Yakin itu ada tiga tingkatan yaitu Ilmul Yaqin artinyailmu yang muncul dari pendapat yang lahir setelah memperoleh dalil yang cukup. Setelah memperoleh dalil yang cukup maka muncullah Haqqul Yaqin, disaksikan sendiri, lalu setelah itu naik tingkatan kepada Ainul Yaqin inilah yang setinggi-tingginya derajat Menurut Hamka untuk sampai kepada ilm al-yaqin, maka harus melewati 10 pintu ilmu, yang terbagi kepada lima pintu panca indra lahiriyah yaitu 20Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jld. 2, Jakarta Gema Insani, 2015, hlm. Tibry, “Konsep Bahagia Hamka...”, hlm. Tasawuf Modern, hlm. Tafsir Al-Azhar, hlm. Tasawuf Modern, hlm. 61. 214 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamkapendengaran, penglihatan, perasaan lidah, perasaan kulit dan penciuman hidung dan lima pintu psikis batiniyah yaitu akal, pikiran, kehendak, angan-angan dan nafsu. Menurutnya perpaduan antara ilmu yang diperoleh melalui pintu lahir dan pintu batin akan melahirkan antara i’tikad dan yakin adalah i’tikad merupakan kesempurnaan pendapat pikiran sedangkan yakin lebih dari sekedar i’tikad karena keyakinan ada setelah melalui proses penyelidikan. Oleh sebab itu setiap keyakinan merupakan i’tikad tetapi i’tikad belum tentu menjadi sebuah Karenanya janganlah mempunyai i’tikad saja, tetapi tidak mempunyai ImanIman secara etimologi artinya percaya, termasuk kepadanya segala amalan yang lahir dan Didalam Al-Qur’an iman adalah kunci pertama dalam meraih kebahagiaan27, sebagaimana rman Allah dalam surat At-Tin 6 “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. Iman telah masuk ke dalamnya Islam. Jadi iman itu lebih umum dari Islam. Hal ini terdapat dalam hadis shahihSeketika Rasulullah SAW memberikan pengajaran Islam kepada utusan kaum Abdul Qiys, beliau berkata “Saya suruh kamu sekalian beriman kepada Allah. Tahukah kamu bagaimana Iman kepada Allah itu? Iman dengan Allah ialah mengucapkan Syahadat, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad pesuruh-Nya, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat, dan menyisihkan seperlima dari harta rampasan perang akan dimasukkan kepada kas negeri. baitulimaal!”. H. R Bukhari dan Muslim.Dalam hadis diatas nyatalah bahwa arti iman dan arti Islam Islam adalah bekas dari keimanan, dalam Al-Qur’an senantiasa disebut orang yang beriman dan beramal shaleh. Amal shaleh itulah nyata lagi dalam hadits Nabi yang satu ini. Dari Sayyidina Umar bin Khaththab, bahwa seketika jibril datang merupakan dirinya sebagai seorang laki-laki, dia bertanya kepada Nabi SAW, “Apakah Islam itu?”. Jawab Nabi, “Islam ialah engkau ucapkan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad pesuruh-Nya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa bulan Ramadhan, naik haji bagi yang mampu”.“Apakah ihsan itu?”, “Ihsan ialah bahwa engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat Jika engkau tidak 25M Alfan Alan, Hamka dan Bahagia, Bekasi PT. Penjuru Ilmu, Rektualisasi Tasauf Modern Di Zaman Kita, 2014, hlm. Tasawuf Modern, hlm. Hamim, “Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Filsafat”, Tasamuh, Vol. 13 No. 2, hlm. 14128Hamka, Tasawuf Modern, hlm. hlm. 65. Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 215 melihat Dia, namun Dia tetap melihat engkau”. H. R Bukhari dan Muslim.Iman baru dikatakan sah jika telah diikuti dengan amalan, dan amalan itu adalah Islam. Islam artinya menurut, menyerah, bukti menyerah itu ialah kita lihat dari hadis itu bahwa uratnya adalah iman, pohonnya Islam dan disiram terus agar tetap subur dengan Ihsan. Penyebab Iman dikatakan sebagai uratnya karena seseorang tidak akan suka mengerjakan amal yaitu Islam jika hatinya sendiri belum percaya. Oleh sebab itu, iman bisa subur didalam hati jika hati telah bersih dari sifat-sifat takabur, hasad dan mencari Dari Segi AkalAkal merupakan potensi yang luar biasa bagi manusia, potensi itu digunakan untuk membedakan mana yang baik untuk hidupnya dan mana yang tidak mungkin untuk ditempuhnya. Jika pikiran bebas tidak terikat dengan pemahaman yang meruntuhkan semangat hidup, maka akan membentuk pribadi yang selalu menyibukkan diri dengan pikiran-pikiran yang menjadikannya lebih siap bagi upaya-upaya baik yang membesarkannya. Upaya baik yang sederhana dilakukan adalah berpendapat yang baik dengan diri sendiri. Secara psikologissetiap tindakan seseorang itu di pengaruhi oleh sugesti dari dalam Jika sugesti selalu positif kepada diri maka akan menimbulkan semangat dan setiap apa yang dilakukan akan terasa mudah dan begitu sebaliknya jika selalu memberikan sugesti yang negatif akan memunculkan sifat yang pesimis dalam yang demikian itu terjadi, Menurut Hamkasebab yang dilihat tidak ada harapan kebaikan daripadanya. Terutama dari kehidupan itu sendiri. Semuanya hanya sia-sia, kesempurnaan hanya ada dalam cita-cita tidak akan ada dalam alam nyata. Sehingga akan membentuk pribadi yang lemah dan akan tersingkir dari pentas persaingan Dengan demikian, kebahagiaan yang ditimbulkan oleh peranan akal, tergantung sejauh mana manusia menggunakan peranan akalnya dalam menciptakan ide-ide yang cemerlang untuk mengatur kehidupannya. Selalu berpandangan positif terhadap segala sesuatudan menghargai segala hal yang mendukung kesuksesan. Peranan akal juga membantu manusia untuk selalu menuju kepada titik kebahagiaannya. Karena pikiran selalu menginginkan yang terbaik untuk kehidupan, sehingga pikiran selalu mengarahkan kepada hal yang bersifat positif, karena pikiran yang baik selalu menghasilkan yang baik dan yang paling utama dalam setiap pemikiran adalah harus selalu menyandarkan kepada dasar yang kokoh dan tidak menyimpang dari aturan Hamka Keutamaan akal telah dapat membedakan antara jalan bahagia dengan yang hina, yakin akan kebenaran sesuatu yang benar dan 30Hamka, Tasawuf Modern, hlm. 6831Laura A King, PsikologiUmum, Jakarta SalembaHumaika, 2010, hlm. Tasawuf Modern, hlm. 364. 216 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamkaberpegang kepadanya, tahu akan kesalahan sesuatu yang salah dan menjauhinya, semuanya didapat dengan pemikiran yang cerdas, bukan karena ikut-ikutan, bukan karena taklidkepada pendapat orang lain manusia memiliki perbedaan dalam tingkatan kemampuan berkirnya, tidak akan ditemukan dua manusia yang sama jalan kehidupannya dan juga sama kekuatan badan dan Bagi manusia akal itulah yang menjadi penjaganya dan menguasainya. Meskipun suatu perkara dipandangnya lezat untuk badannya belum tentu dia mau mengerjakannya kalau belum mendapatkan persetujuan dari akalnya. Dengan akal manusia dapat memikirkan besarnya nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya, nikmat kemuliaan, dan ketinggian yang tiada ternilai, sehingga dia terlepas daripada kehinaan. Lantaran akal itu berlainan keinginan, tujuan hidup, pertimbangan dan perasaannya, berlainan pula garis yang dilalui Semuanya untuk mencukupkan demikian, akal lah yang mengikat manusia, dengan akal manusia mampu memahami makna hidup, memiliki pandangan yang luas tentang hidup, dan dengan akal juga manusia mampu memahami segala kejadian yang terjadi didalam kehidupannya, selain itu dengan akal manusia mampu menentukan tujuan hidup, mampu memilih mana kehidupan yang cocok untuk dirinya bukan hanya mengikuti apa yang ia sukai, jalan hidup yang dilalui oleh manusia pun berbeda-beda semua itu terjadi karena perbedaan manusia dalam ber Dari Segi Budi/ segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dari segi kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku secara terminologi etika yaitu suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya merupakan cabang dari lsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai lsafat ia mencari keterangan yang Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik-buruknya bagi tingkah-laku dari perspektif agama, tujuan etika adalah mempengaruhi dan mendorong kehendak manusia agar membentuk kehidupan yang suci, menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan serta memberi faedah kepada orang banyak. Jadi etika mendorong kehendak agar berbuat baik. Agama Islam 33Hamka, Tasawuf Modern, hlm. Falsafah Hidup, Jakarta Republika Penerbit, cet. Ke III, 2015, hlm. hlm. 8936Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta PT. RajaGrando Persada, 2006, hlm. Amin, Etika Ilmu Akhlak, terj. Farid Ma’ruf, Jakarta Bulan Bintang, 1995, hlm. Charris Zubair, Kuliah Etika, Jakarta Rajawali Pers, 1987, hlm. 14-15 Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 217 mengajarkan pentingnya tingkah laku yang baik dalam kehidupan masyarakat. Bahkan Allah SWT mengutus Nabi Muhammad ke dunia ini dengan tujuan pokok untuk membimbing dan memperbaiki akhlak umat Etika membahas tentang tingkah laku, tingkah laku tentu tidak bisa dipisahkan dari kejiwaan seseorang, karena tingkah laku itu merupakan ekspresi atau dorongan dari apa yang manusia rasakan dalam jiwanya. Yang dalam etika disebut nafs atau nafsu dalam bahasa indonesia, maka terkenallah istilah nafsu Syahwat, nafsu ghadh atau bisa disebut amarah, dan nafsu nutqiyyah atau jiwa rasional, yang hanya dimiliki Menurut Hamka, budi pekerti yang baik adalah perangai dari para Rasul dan orang terhormat. Sedang budi pekerti yang jahat adalah racun berbisa, kejahatan yang menjauhkan diri dari Rabbil Alamin. Budi pekerti jahat menyebabkan orang terusir dari jalan Tuhan, tercampak kepada jalan setan. Budi pekerti jahat adalah pintu menuju neraka yang menghanguskan hati nurani sedangkan budi pekerti yang indah, laksana pintu menuju jannah Budi pekerti jahat adalah penyakit jiwa, orang yang ditimpa penyakit jiwa akan kehilangan makna hidup yang Metode Untuk Mencapai KebahagiaanKebahagiaan adalah tujuan, sebagaimana yang telah dijelaskan diawal bahwa kebahagiaan itu ada kebahagiaan sementara dan kebahagiaan akhir, tujuan akhir atau kebahagiaan akhir adalah kebahagiaan yang jika telah didapatkan tidak ada lagi kebahagiaan lain. Dunia adalah tempat bagi manusia melakukan perjalanan untuk sampai pada tujuan akhir, karena kehidupan di dunia hanya kehidupan Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dunia yang bersifat sementara ini penuh dengan kenikmatan dan keindahan yang disediakan untuk hal ini dapat dilihat bahwa untuk sampai kepada kebahagiaan hakiki manusia akan menghadapi beberapa kesulitan dari berbagai kesulitan tersebut apabila ia mampu menyelesaikannya dengan baik, mempertimbangkan kebaikan dan keburukan dengan peranan akal dan melakukannya dengan prilaku yang mulia dalam bentuk perbuatan, dan perkataan yang menyenangkan disitulah manusia akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki. Dan metode yang dapat diterapkan untuk memperoleh kebahagiaan itu adalah sebagai berikut1. ZuhudZuhud adalah suatu sikap melepaskan diri dari ketergantungan terhadap kehidupan dunia, memerangi keinginan hawa nafsu didalam pengasingannya dan 39Imron Rosyidi, “Urgensi Human Relations Dalam Kegiatan Public Relations”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4 No. 13, 2009, hlm. Maskawaih, Tahzib al-Akhlak, Terj. Helmi Hidayat, Menuju Kesempurnaan Akhlak Buku Daras Pertama Tentang Etika, hlm. Akhlaqul Karimah, Jakarta Pustaka Panjimas, 1992, hlm. 1. 42Andri, Shaeful RS, “Rahasia Kebahagiaan”, Jaq Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, hlm. 101. 218 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Mengenai zuhud ini, Hamka memperingatkan agar cermat dalam mengelola kenikmatan dunia dan juga mengelola diri demi penyucian diri. Bila tidak adil melakukannya, malah cendrung pada dunia, maka bisa terjatuh menjadikan jiwa manusia kotor, nilai keislaman pun makin jauh. Atau, bisa juga terlalu fokus pada diri sendiri sehingga malah melemahkan Islam. Muslim yang kuat adalah yang memahami makna zuhud secara proporsional. Dengan begitu, Islam mencapai puncak kebahagiaan dan IkhlasIkhlas diartikan dengan bersih, tidak ada campuran. Ibarat emas murni yang tidak tercampur dengan perak berapa persen pun. Pekerjaan yang bersih terhadap sesuatu bernama ikhlas. Lawan dari ikhlas adalah isyrak yang berarti berserikat atau bercampur dengan yang Menurut Hamka, antara ikhlas dengan isyrak tidak dapat dipertemukan, sebagaimana tidak pula dapat dipertemukan diantara gerak dengan diam. Kalau ikhlas telah bersarang didalam hati, israk tak kuasa masuk kecuali bila ikhlas telah terbongkar Demikian juga sebaliknya, keluar dari perasaan isyrak dahulu, baru ada tempat buat Qana’ahHamka mengartikan qana’ah yaitu menerima atau merasa cukup, menurutnya qana’ah mengandung lima unsur yaitu menerima dengan rela apa yang ada, memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha, menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan, bertawakkal kepada Tuhan, tidak tertarik oleh tipu daya adalah modal paling teguh untuk menghadapi kehidupan, menimbulkan kesungguhan hidup yang betul-betul mencari rezeki. Qanaah adalah tiang kekayaan yang yang dalam Bahasa Arab disebut Sa’adah tidaklah akan didapat kalau tidak ada perasaan qana’ah. Tidaklah terlalu berlebih-lebihan jika dikatakan bahwa bahagia ialah qana’ah dan qana’ah ialah bahagia. Sebab tujuan qana’ah ialah menanamkan dalam hati sendiri perasaan Tuma’ninah47, perasaan tentram dan damai, baik di waktu duka atau di waktu suka. Baik di waktu susah atau di 43Ridwan A. Malik dan Riki Saputra, Akhlak Tasawuf, Padang STAIN Muhammad Yunus Press, 2009, hlm. “Pemikiran Tasawuf Hamka dan Relevansinya Bagi Kehidupan Modern”, Mantiq, No 2 Vol 1, 2016, hlm. Tasawuf Modern, adalah keteguhan atau ketentraman hati dari segala hal yang dapat mempengaruhinya, Tuma’ninah ini merupakan bagian dari kelompok Ahwal penganugerahan Allah terhadap hamba yang dikehendakinya setelah tingkatan Uns perasaan sukacita yang merupakan kondisi kejiwaan dimana seseorang merasa dekat dengan Tuhan. Diakses tanggal 14 Maret 2019 Jam 22. 31 WIB. Reeksi, Vol. 19, Juli 2019 219 waktu senang baik di waktu kaya atau di waktu TawakalTawakal berarti menyerahkan diri, menurut Abuddin Nata sebagaimana yang dikutipnya dari Al-Qusyairi ia mengatakan bahwa tawakal tempatnya didalam hati, timbulnya gerak dan perbuatan tidak mengubahtawakal yang terdapat dalam hati itu. Hal ini terjadi setelah hamba meyakini bahwa ketentuan hanya didasarkan pada ketentuan Allah. Mereka menganggap jika menghadapai kesulitan maka yang demikian itu sebenarnya takdir syari’at Islam diajarkan bahwa tawakal dilakukan dengan segala daya, upaya dan ikhtiar Tawakal merupakan keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT serta berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan termasuk perbuatan yang diperintahkan oleh Allah, hal ini terdapat dalam Al-Qur’andan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orangmukmin itu harus bertawakkal. QS. Al-Maidah 11.E. KesimpulanSesungguhnya Kebahagian itu menurut Hamka bisa diperoleh di dunia dan Hamka membagi kebahagian itu dalam dua bentuk yaitu kebahagian Majazi sementara dan kebahagian hakiki, dan kebahagian tersebut dapat diperoleh semenjak manusia di dunia, jika bahagia di dunia maka akan bahagia di juga akhirat, kebahagian inilah yang merupakan tujuan setiap manusia karena setiap manusia pasti menginginkan kebahagian dalam kehidupannya. Pembahasan Hamka mengenai kebahagian yaitu dari segi Agama, segi akal dan segi etika atau budi, ketiga tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, apabila manusia dapat menyeimbangkan ketiga hal tersebut dan menerapkannya didalam kehidupan maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam yang dapat diterapkan untuk memperoleh kebahagiaan yaitu dengan cara Zuhud, Ikhlas, Qana’ah, dan Tawakal, yang mesti tertanam dalam diri Manusia, karena jika empat hal itu muncul dalam diri manusia maka manusia akan merasakan kebahagiaan yang Hakikidi dalam kehidupannya, kunci kebahagiaan didalam diri manusia itu adalah terletak pada ketenangan jiwa dan 48Hamka, Tasawuf Modern, hlm. Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Jakarta Rajawali Pers, 2014, hlm. Bangun Nasution dan Riyani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya Disertai Biogra dan Tokoh-Tokoh Su, Jakarta Rajawali Pers, 2015, hlm. 51. 220 Arrasyid Konsep Kebhagiaan Dalam Tasawuf Modern Hamkaketenangan jiwa itu akan dirasakan oleh manusia jika telah muncul sifat Zuhud ini tadi, sabar, Qana’ah, dan tawakal dalam diri PustakaAmin, Ahmad. 1995. “Etika Ilmu Akhlak”, terj. Farid Ma’ruf, Jakarta Bulan Alfan M. 2014. Alfan Alan, Hamka dan Bahagia, Bekasi PT. Penjuru Tasauf Modern Di Zaman 2018. “Reeksi Pemikiran Hamka Tentang Metode Mendapatkan Kebahagiaan”, Subtantia, No. 1 Vol. Muhammad. 1980. Alam Pikiran Yunani, Jakarta Tutamas Syamsi Basya. 2006. Bahagiakan Dirimu dan Orang Lain. Jakarta Akbar Media Eka 2015. “Tasawuf Modern”, Jakarta Republika Penerbit.. Tafsir Al-Azhar Jilid 9, Jakarta GemaInsani.. 2016. Lembaga Budi, Jakarta Republika Penerbit..2015. Tafsir Al-Azhar Jilid 5, Jakarta GemaInsani.. 2015. Falsafah Hidup, Jakarta Republika Penerbit, cet. Ke III.. 1992. Akhlaqul Karimah, Jakarta Pustaka Ahmad. 2006. Konsep Bahagia Hamka Solusi Alternatif Manusia Modern, Padang IAIN IB 2015. Tafsir Al-Azhar, Jakarta Gema Khairul. “Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Filsafat”, Tasamuh, Vol. 13 No. dan Pendidikan Departemen. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai A Laura. 2010. “PsikologiUmum”, Jakarta Salemba A Ridwan. 2009. Akhlak Tasawuf, Padang STAIN Muhammad Yunus Abuddin. 2006. “Akhlak Tasawuf”, Jakarta PT. RajaGrando Mohd Wan. 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib AlAttas, terj. Hamid Fahmy, Bandung Imron. 2009. “Urgensi Human Relations Dalam Kegiatan Public Relations”, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4 No. 2016. “Pemikiran Tasawuf Hamka dan Relevansinya Bagi Kehidupan Modern”, Mantiq, No 2 Vol 2016. “Pemikiran Tasawuf Hamka dan Relevansinya Bagi Kehidupan Modern”, Mantiq, No. 2 Vol. Burhanuddin. 1997. “Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia” Jakarta PT. Rineka Charris Achmad. 1987. “Kuliah Etika”, Jakarta Rajawali Pers. ... Senada dengan apa yang dikatakan oleh Buya Hamka, bahwasannya kebahagiaan terletak pada diri manusia itu sendiri, akan tetapi tidak sedikit manusia yang meganggap kebahagiaan terletak pada kekayaan, harta, jabatan, dan kehidupan yang mewah. Alhasil, kebahagiaan sulit untuk didapatkan Arrasyid, 2020. Sudah menjadi fitrah manusia akan terpenuhinya segala kebutuhan fisik dan materi. ...Ade Anang SuhadaMuliadi MuliadiDodo WidardaThe hustle and bustle of the modern era, marked by an easy life, is relatively only able to provide physical pleasure, but is unable to provide physical and spiritual happiness. The phenomenon of life that is not balanced with this level of happiness, causes a void. The purpose of this study was to determine the meaning and ways of obtaining happiness according to Syeikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari, as well as its relevance to human life in the modern era. This research is a qualitative research that uses a library research approach. The analytical method used is a content analysis technique. The conclusion of this study, shows that the happiness referred to by Syeikh Ibnu Atha’illah as-Sakandari divided happiness in two dimensions, namely happiness in the World and happiness in the hereafter. Happiness actually exists in human. Happiness will be realized when humans are able to optimize the potential of the mind and the potential of the heart. The path to happiness can be attained by knowing the characteristics of the wordly life and suffering and reducing pleasures. Moral perfections will lead humans to true happiness, namely meeting Allah SWT in a state of faith.... Theological perspective is also used to discuss the concept of happiness and compare it with Greek philosophy Hamim, 2016;Shaeful RS, 2011 or Islamic philosophy Azmi & Zulkifli, 2018. Some studies use a philosophical perspective to reveal the thoughts of scientists Arrasyid, 2020;Damanik, 2020;Fuadi, 2018;Rahmadon, 2020 and Muslim philosophers Arif, 2019;Fauzi, 2019 about happiness or comparisons of thoughts between scientists Ayob, 2020. However, exploring the concept of soul happiness based on the actuality of human psychological functions and discussed in the perspective of Islamic epistemology seems to have not been carried out by other researchers. ...Nani WidiawatiSecuring the focus of the study on psychological facts carried out by psychology to pass the scientific test still leaves a problem of definition. Such an identity crisis will be reconciled by using an Islamic epistemological perspective that incorporates conceptual-metaphysical studies as part of the scientific tradition by applying it to the analysis of the actualization of the function of the human soul. This paper aims to analyze the actualization of the potential of the human soul, the actuality or potentiality of human soul health, and the relevance of soul health to the happiness of the human soul. The theme of this paper uses qualitative research, literature study design, theoretical hermeneutic methods, content analysis techniques, and the author as a research instrument. It is known that the perfect actualization of the rational soul is the soul’s arrival at divine truth in theory and practice. The actualization of soul function in a person shows the level of his/her soul health. A happy soul is found in this healthy soul, namely a soul that has been freed from material tendencies and spiritual diseases. It also leads actions to the noble character and has longing and submission to God. These theoretical findings can be used to develop empirical-experimental research in psychology.... EF merasa begitu pentingnya perlakuan suami kepadanya dengan baik, kecukupan nafkah dan kebutuhan pokok. Menurut pemikiran tasawuf Hamka dikatakan bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup intinya bersal dari dalam diri, berupa rasa syukur, ikhlas dan puas dengan apa yang ada saat ini dengan mengharapkan keredhoan Allah Arrasyid, 2019. Hal ini memngakibatkan EF mencari jalan negatif dengan tidak jujur dan kurang komitmen. ...Arnaldy Arnaldy ArnaldyHerman Nirwana Afdal Afdalp> Life satisfaction kepuasan hidup adalah penilaian individu secara reflektif tentang seberapa baik terpenuhi dalam kehidupannya dalam aspek psikologis. Penelitian ini dilakukan terhadap dua orang istri korban KDRT sebagai subjek penelitian, dengan usia pernikahan 4 tahun dan 16 tahun. Teknik pengambilan data melalui wawancara dan observasi dengan analisis reduction data, data display and conclusion drawing and verification . Teknik menjamin keabsahan data dengan cara triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan, life satisfaction korban KDRT sama-sama kurang baik. Namun ada perbedaan dalam hal aspek integritas. Subjek penelitian pertama lebih baik dalam aspek integritas keluarga. Sedangkan YI jauh lebih baik dalam hal integritas pribadi. Jadi, life satisfaction dalam hasil penelitian secara menyeluruh terungkap YI lebih baik daripada EF karena penderitaan KDRT yang dialaminya tidak mengganggu komitmen pernikahannya. Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling, diarahkan pada kajian kompetensi konselor dalam melakukan intervensi psikologis untuk mengembangkan life satisfaction korban KDRT dalam layanan The theory used in analyzing this text was socialist realism assisted by a literary ecological approach. The analysis showed that Taufiq al-Hakim's imaginative criticism through his sparrow symbol against human greed had a close relevance to the phenomenon of contemporary human life today, like Covid-19 pandemic. Such pandemic was a natural reaction to human greed who had exploited fellow humans and their environment. It was also reinforced by the fact that all big and powerful countries in the world were overwhelmed to overcome Covid-19. This study recommended that humans should not be greedy, so that the balance of nature can be maintained FuadiHuman happiness is based on a combination of Sufism and reason. Taking certain spiritual ways will bring true happiness to humans, namely the encounter with the creator of nature. According to Hamka, human happiness can be obtained through several steps such as building a mentality and spirit of religion, controlling lust, being sincere, maintaining mental and body health, being qana'ah, and being sincere. In these ways humans will find happiness in the world and the hereafter. Abstrak Kebahagiaan manusia didapatkan berdasarkan perpaduan antara tasawuf dan akal. Menempuh cara-cara spiritual tertentu dapat membawa manusia untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki yaitu penjumpaan dengan sang pencipta alam. Menurut Hamka kebahagiaan manusia dapat diperoleh melalui beberapa langkah seperti membangun mentalitas dan jiwa beragama, mengendalikan hawa nafsu, bersikap ikhlas, memelihara kesehatan jiwa dan badan, bersikap qana’ah, dan bersikap tawakkal. Dengan cara-cara ini manusia akan menemukan kebahagian dunia dan Human Relations Dalam Kegiatan Public RelationsImron RosyidiRosyidi, Imron. 2009. "Urgensi Human Relations Dalam Kegiatan Public Relations", Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 4 No. Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, hlm. 101. ketenangan jiwa itu akan dirasakan oleh manusia jika telah muncul sifat Zuhud ini tadi, sabar, Qana'ah, dan tawakal dalam diri manusiaAndriR S ShaefulAndri, Shaeful RS, "Rahasia Kebahagiaan", Jaqfi Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, hlm. 101. ketenangan jiwa itu akan dirasakan oleh manusia jika telah muncul sifat Zuhud ini tadi, sabar, Qana'ah, dan tawakal dalam diri manusia. Daftar PustakaAlfan Alfian, Hamka dan Bahagia, Bekasi PTAlfan M AlfianAlfian, Alfan M. 2014. Alfan Alfian, Hamka dan Bahagia, Bekasi PT. Penjuru MuhammadHatta Muhammad. 1980. Alam Pikiran Yunani, Jakarta Tutamas Budi, Jakarta Republika PenerbitTafsir Al-AzharTafsir Al-Azhar Jilid 9, Jakarta GemaInsani. . 2016. Lembaga Budi, Jakarta Republika Penerbit. .2015. Tafsir Al-Azhar Jilid 5, Jakarta GemaInsani. . 2015. Falsafah Hidup, Jakarta Republika Penerbit, cet. Ke III. . 1992. Akhlaqul Karimah, Jakarta Pustaka Bahagia Hamka Solusi Alternatif Manusia ModernAhmad TibryTibry, Ahmad. 2006. Konsep Bahagia Hamka Solusi Alternatif Manusia Modern, Padang IAIN IB 2015. Tafsir Al-Azhar, Jakarta Gema Dalam Perspektif Al-Qur'an dan FilsafatKhairul HamimHamim, Khairul. "Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Filsafat", Tasamuh, Vol. 13 No. Besar Bahasa IndonesiaKebudayaanDan Pendidikan DepartemenKebudayaan, dan Pendidikan Departemen. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka.
BeberapaBukti Kesesatan Ajaran Tasawuf. 1. Al Hallaj seorang dedengkot sufi, berkata : Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang makan dan minum. (Dinukil dari Firaq Mua'shirah, karya Dr. Ghalib bin Ali Iwaji, juz 2 hal.600). Padahal Allah Ta'ala telah berfirman : PendahuluanDefinisi Tasawuf/SufiLahirnya Ajaran TasawufPendahuluanالحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وآله وصحبه أجمعين، أما بعدIstilah “sufi” atau “tasawuf” tentu sangat dikenal di kalangan kita, terlebih lagi di kalangan masyarakat awam, istilah ini sangat diagungkan dan selalu diidentikkan dengan kewalian, kezuhudan dan kesucian jiwa. Bahkan mayoritas orang awam beranggapan bahwa seseorang tidak akan bisa mencapai hakikat takwa tanpa melalui jalan ini diperkuat dengan melihat penampilan lahir yang selalu ditampakkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai ahli tasawuf, berupa pakaian lusuh dan usang, biji-bijian tasbih yang selalu di tangan dan bibir yang selalu bergerak melafazkan zikir, yang semua ini semakin menambah keyakinan orang-orang awam bahwasanya merekalah orang-orang yang benar-benar telah mencapai derajat wali kekasih Allah ta’alaSebelum kami membahas tentang hakikat tasawuf yang sebenarnya, kami ingin mengingatkan kembali bahwa penilaian benar atau tidaknya suatu pemahaman bukan cuma dilihat dari pengakuan lisan atau penampilan lahir semata, akan tetapi yang menjadi barometer adalah sesuai tidaknya pemahaman tersebut dengan Al Quran dan As Sunnah menurut apa yang dipahami salafush bukti akan hal ini kisah khawarij, kelompok yang pertama menyempal dalam islam yang diperangi oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di bawah pimpinan Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa kalau kita melihat pengakuan lisan dan penampilan lahir kelompok khawarij ini maka tidak akan ada seorang pun yang menduga bahwa mereka menyembunyikan penyimpangan dan kesesatan yang besar dalam batin mereka, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau menjelaskan ciri-ciri kelompok khawarij ini, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda“…Mereka orang-orang khawarij selalu mengucapkan secara lahir kata-kata yang baik dan indah, dan mereka selalu membaca Al Quran tapi bacaan tersebut tidak melampaui tenggorokan mereka tidak masuk ke dalam hati mereka…” HSR Imam Muslim 7/175, Syarh An Nawawi, cet. Darul Qalam, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu.Dan dalam riwayat yang lain beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda “… Bacaan Al Quran kalian wahai para sahabatku tidak ada artinya jika dibandingkan dengan bacaan Al Quran mereka, demikian pula shalat kalian tidak ada artinya jika dibandingkan dengan shalat mereka, demikian pula puasa kalian tidak ada artinya jika dibandingkan dengan puasa mereka HSR Imam Muslim 7/175, Syarh An Nawawi, cet. Darul Qalam, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuMaka pada hadits yang pertama Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang ciri-ciri mereka yang selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan indah tapi cuma di mulut saja dan tidak masuk ke dalam hati mereka, dan pada hadits yang ke dua Beliau shallallahu alaihi wa sallam menerangkan tentang penampilan lahir mereka yang selalu mereka tampakkan untuk memperdaya manusia, yaitu kesungguhan dalam beribadah yang bahkan sampai kelihatannya melebihi kesungguhan para Sahabat radhiyallahu anhum dalam beribadah karena memang para Sahabat radhiyallahu anhum berusaha keras untuk menyembunyikan ibadah mereka karena takut tertimpa riyaYang kemudian prinsip ini diterapkan dengan benar oleh Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, sahabat yang meriwayatkan hadits di atas, tatkala kelompok khawarij keluar untuk memberontak dengan satu slogan yang mereka elu-elukan “Tidak ada hukum selain hukum Allah azza wa jalla“. Maka Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menanggapi slogan tersebut dengan ucapan beliau radhiyallahu anhu yang sangat masyhur -yang seharusnya kita jadikan sebagai pedoman dalam menilai suatu pemahaman- yaitu ucapan beliau radhiyallahu anhu “slogan mereka itu adalah kalimat yang nampaknya benar tetapi dimaksudkan untuk kebatilan.”Semoga Allah azza wa jalla Merahmati Imam Abu Muhammad Al Barbahari yang mengikrarkan prinsip ini dalam kitabnya Syarhus Sunnah dengan ucapan beliau “Perhatikan dan cermatilah -semoga Allah azza wa jalla merahmatimu- semua orang yang menyampaikan satu ucapan/pemahaman di hadapanmu, maka jangan sekali-kali kamu terburu-buru untuk membenarkan dan mengikuti ucapan/pemahaman tersebut, sampai kamu tanyakan dan meneliti kembali Apakah ucapan/pemahaman tersebut pernah disampaikan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamradhiyallahu anhu atau pernah disampaikan oleh ulama Ahlussunnah? Kalau kamu dapati ucapan/pemahaman tersebut sesuai dengan pemahaman mereka radhiyallahu anhum berpegang teguhlah kamu dengan ucapan/pemahaman tersebut, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkannya dan memilih pemahaman lain, sehingga akibatnya kamu akan terjerumus ke dalam neraka!” Syarhus Sunnah, tulisan Imam Al Barbahari tahqiq Syaikh Khalid Ar Radadi. Setelah prinsip di atas jelas, sekarang kami akan membahas tentang hakikat tasawuf, agar kita bisa melihat dan menilai dengan jelas benar atau tidaknya ajaran tasawuf Tasawuf/SufiKata “Shufi” berasal dari bahasa Yunani “Shufiya” yang artinya hikmah. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kata ini merupakan penisbatan kepada pakaian dari kain “Shuf” kain wol dan pendapat ini lebih sesuai karena pakaian wol di zaman dulu selalu diidentikkan dengan sifat zuhud, Ada juga yang mengatakan bahwa memakai pakaian wol dimaksudkan untuk bertasyabbuh menyerupai Nabi Isa Al Masih alaihi sallam Lihat kitab kecil “Haqiqat Ash Shufiyyah Fii Dhau’il Kitab was Sunnah” hal. 13, tulisan Syaikh DR. Muhammad bin Rabi’ Al Madkhali.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata “Ada perbedaan pendapat dalam penisbatan kata “Shufi”, karena kata ini termasuk nama yang menunjukkan penisbatan, seperti kata “Al Qurasyi” yang artinya penisbatan kepada suku Quraisy, dan kata “Al Madani” artinya penisbatan kepada kota Madinah dan yang semisalnya. Ada yang mengatakan “Shufi” adalah nisbat kepada Ahlush Shuffah Ash Shuffah adalah semacam teras yang bersambung dengan mesjid Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang dulu dijadikan tempat tinggal sementara oleh beberapa orang sahabat Muhajirin radhiyallahu anhum yang miskin, karena mereka tidak memiliki harta, tempat tinggal dan keluarga di Madinah, maka Rasullah shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan mereka tinggal sementara di teras tersebut sampai mereka memiliki tempat tinggal tetap dan peng- hidupan yang cukup. Lihat kitab Taqdis Al Asykhash tulisan Syaikh Muhammad Ahmad Lauh 1/34, -pen, tapi pendapat ini jelas salah, karena kalau benar demikian maka mestinya pengucapannya adalah “Shuffi” dengan huruf “fa’ “yang didobel. Ada juga yang mengatakan nisbat kepada “Ash Shaff” barisan yang terdepan di hadapan Allah azza wa jalla, pendapat ini pun salah, karena kalau benar demikian maka mestinya pengucapannya adalah “Shaffi” dengan harakat fathah pada huruf “shad” dan huruf “fa’ ” yang didobel. Ada juga yang mengatakan nisbat kepada “Ash Shafwah” orang-orang terpilih dari semua makhluk Allah azza wa jalla, dan pendapat ini pun salah karena kalau benar demikian maka mestinya pengucapannya adalah “Shafawi”. Ada juga yang mengatakan nisbat kepada seorang yang bernama Shufah bin Bisyr bin Udd bin Bisyr bin Thabikhah, satu suku dari bangsa Arab yang di zaman dulu zaman jahiliah pernah bertempat tinggal di dekat Ka’bah di Mekkah, yang kemudian orang-orang yang ahli nusuk ibadah setelah mereka dinisbatkan kepada mereka, pendapat ini juga lemah meskipun lafazhnya sesuai jika ditinjau dari segi penisbatan, karena suku ini tidak populer dan tidak dikenal oleh kebanyakan orang-orang ahli ibadah, dan kalau seandainya orang-orang ahli ibadah dinisbatkan kepada mereka maka mestinya penisbatan ini lebih utama di zaman para sahabat, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in, dan juga karena mayoritas orang-orang yang berbicara atas nama shufi tidak mengenal qabilah suku ini dan tidak ridha dirinya dinisbatkan kepada suatu suku yang ada di zaman jahiliyah yang tidak ada eksistensinya dalam islam. Ada juga yang mengatakan -dan pendapat inilah yang lebih dikenal- nisbat kepada “Ash Shuf” kain wolMajmu’ul Fatawa, 11/5-6.Lahirnya Ajaran TasawufTasawuf adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal di zaman para sahabat radhiyallahu anhum bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi yang utama generasi sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Ajaran ini baru muncul sesudah zaman tiga generasi ini. Lihat Haqiqat Ash Shufiyyah hal. 14.Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, “Adapun lafazh “Shufiyyah”, lafazh ini tidak dikenal di kalangan tiga generasi yang utama. Lafazh ini baru dikenal dan dibicarakan setelah tiga generasi tersebut, dan telah dinukil dari beberapa orang imam dan syaikh yang membicarakan lafazh ini, seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Sulaiman Ad Darani dan yang lainnya, dan juga diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri bahwasanya beliau membicarakan lafazh ini, dan ada juga yang meriwayatkan dariHasan Al Bashri” Majmu’ Al Fatawa 11/5.Kemudian Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwasanya ajaran ini pertama kali muncul di kota Bashrah, Iraq, yang dimulai dengan timbulnya sikap berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah yang tidak terdapat di kota-kota islam lainnya Majmu’ Al Fatawa, 11/6.Berkata Imam Ibnu Al Jauzi “Tasawuf adalah suatu aliran yang lahirnya diawali dengan sifat zuhud secara keseluruhan, kemudian orang-orang yang menisbatkan diri kepada aliran ini mulai mencari kelonggaran dengan mendengarkan nyanyian dan melakukan tari-tarian, sehingga orang-orang awam yang cenderung kepada akhirat tertarik kepada mereka karena mereka menampakkan sifat zuhud, dan orang-orang yang cinta dunia pun tertarik kepada mereka karena melihat gaya hidup yang suka bersenang-senang dan bermain pada diri mereka. Talbis Iblis hal 161.Dan berkata DR. Shabir Tha’imah dalam kitabnya Ash Shufiyyah Mu’taqadan Wa Maslakan hal. 17 “Dan jelas sekali besarnya pengaruh gaya hidup kependetaan Nasrani -yang mereka selalu memakai pakaian wol ketika mereka berada di dalam biara-biara- pada orang-orang yang memusatkan diri pada kegiatan ajaran tasawuf ini di seluruh penjuru dunia, padahal Islam telah membebaskan dunia ini dengan tauhid, yang mana gaya hidup ini dan lainnya memberikan suatu pengaruh yang sangat jelas pada tingkah laku para pendahulu ahli tasawuf.” Dinukil oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam kitabnya Haqiqat At Tasawwuf, hal. 13.Dan berkata Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir dalam kitab beliau At Tashawuf, Al Mansya’ wa Al Mashdar hal. 28 “Ketika kita mengamati lebih dalam ajaran-ajaran tasawuf yang dulu maupun yang sekarang dan ucapan-ucapan mereka, yang dinukil dan diriwayatkan dalam kitab-kitab tasawuf yang dulu maupun sekarang, kita akan melihat suatu perbedaan yang sangat jelas antara ajaran tersebut dengan ajaran Al Quran dan As Sunnah. Dan sama sekali tidak pernah kita dapati bibit dan cikal bakal ajaran tasawuf ini dalam perjalanan sejarah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat beliau radhiyallahu anhum yang mulia, orang-orang yang terbaik dan pilihan dari hamba-hamba Allah azza wa jalla, bahkan justru sebaliknya kita dapati ajaran tasawuf ini diambil dan dipungut dari kependetaan model Nasrani, dari kebrahmanaan model agama Hindu, peribadatan model Yahudi dan kezuhudan model agama Budha” Dinukil oleh Syaikh Shalih Al Fauzan dalam kitabnya “Haqiqat At Tashawuf” hal. 14.Dari keterangan yang kami nukilkan di atas, jelaslah bahwa tasawuf adalah ajaran yang menyusup ke dalam Islam, hal ini terlihat jelas pada amalan-amalan yang dilakukan oleh orang-orang ahli tasawuf, amalan-amalan asing dan jauh dari petunjuk islam. Dan yang kami maksudkan di sini adalah orang-orang ahli tasawuf zaman sekarang, yang banyak melakukan kesesatan dan kebohongan dalam agama, adapun ahli tasawuf yang terdahulu keadaan mereka masih lumayan, seperti Fudhail bin Iyadh, Al Junaid, Ibrahim bin Adham dan lain-lain. Lihat kitab Haqiqat At Tashawwuf tulisan Syaikh Shalih Al Fauzan hal. 15Baca pembahasan selanjutnya Hakikat Tasawuf Bag. 2—Penulis Ustadz Abdullah Taslim, Lc. Artikel
Ծሠ цотвազθсл кխςозኢէ вотамօκурι ихыклу
ፍε θፃД ፐхጇфሥжዉсвኚ
Иյሞмиሰ ուбрιճաИναбοσусн եφ еգሌጪι
Χըռе ֆθቡавац ωሚшютеγዳ аπι λθбеበивυኻ
TranslatePDF. BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pengertian Zuhud,Thariqah dan Manusia Modern 1. Pengertian Zuhud Secara Etimologis Dan Terminologis Zuhud secara literal berarti 'meninggalkan', 'tidak tertarik', dan 'tidak menyukai'. Dalam Al- Qur'an, misalnya disebut pada QS Yusuf (12 ):20 seperti berikut: ִ☺ ִ $%& ,-. Kata Tasawuf atau Tashawwuf shufiyyah diambil dari akar kata Yunani yaitu shopia artinya adalah hikmah. Adapula yang mengatakan bahwa kata itu dinisbatkan kepada pakaian shuuf wol –dan inilah makna yang paling dekat dengan kebenaran- dan pendapat inilah yang dianggap kuat oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sebab beliau melihat langsung orang-orang shufi memakai pakian dari dari shuuf wol dengan anggapan bahwa pakaian itu melambangkan kezuhudan.[1] Yang jelas, kata shufi shufiyyah bukan berasal dari kata shofa bersih sebagaimana yang mereka ahli tashawwuf dakwahkan.[2] Sebab kalau berasal dari shofa الصفاء tidak mungkin menjadi shufi صوفي tetapi صفائي.[3] Penamaan Tasawuf Penamaan Tasawuf/Tashawwuf dan shufi tidak dikenal pada awal Islam. Penamaan ini terkenal ada setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan keyakinan selain Islam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa awal munculnya shufiyyah adalah dari Bashrah di Irak. Di Bashrah terjadi sikap berlebih lebihan dalam kezuhudan dan Ibadah yang tidak pernah terjadi di seluruh negeri.[4] Ajarannya dinamakan Tashawwuf , sedang orang yang menganut dan memeluknya dinamakan shufi.[5] Dr. Shabir Tha’imah memberi komentar[6], “ Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh kehidupan para pendeta Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan negeri dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan memperbaiki tatacara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam.”[7] Hakikat Tashawwuf dan Perbedaannya dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir wafat berkata di dalam bukunya at-Tashawwuf al-Mansya’ wal mashadir , “Apabila kita memperhatikan dengan teliti tentang ajaran shufi yang pertama dan terakhir belakangan serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab shufi, baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas Perbedaan yang jauh antar shufi dengan ajaran al-Quran dan as-Sunnah, Begitu juga kita tidak pernah melihat adanya bibit shufi di dalam perjalanan hidup Nabi dan para sahabat beliau, yang mereka adalah sebaik-baik pilihan Allah Ta’ala dari para hamba-Nya setelah para Nabi dan para Rasul. Sebaliknya kita bisa melihat ajaran Tashawwuf diambil dari para pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi, serta Kezuhudan Budha, konsep asy-syu’ubi di Iran yang merupakan Majusi di periode awal kaum Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platoisme, yang dilakukan oleh orang-orang Shufi belakangan.”[8] Berbagai sekte aliran Tasawuf Orang-orang shufi telah berpecah belah sedemikian hebat. Semakin lama dunia pershufian tashawwuf, semakin banyak melakukan penyimpangan dan dan amalan-amalan ibadah yang mengada-ada dalam agama yang jauh lebih dahsyat dari pendahulunya. Dan hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah ﷺ dalam haditsnya, أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَ السَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ، وَ إِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْددِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وِ إِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, selalu mendengar dan taat, meski yang memerintahkan kalian adalah seorang budak . Barangsiapa hidup sepeninggalku, pasti akan melihat adanya banyak perselisihan. Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para alkhulafa arrasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ajaran mereka dengan ajaran kalian. Hendaknya kalian menjauhi ibadah yang dibuat-buat, sesungguhnya ibadah yang dibuat-buat itu adalah bid’ah dan segala bid’ah itu sesat.”[9] Diantara beberapa sekte tarekat shufi yang terkenal, diantaranya Rifa’iyyah, Syadziliyah, Qaqiriyah, at-Tijaniyah,[10] Naqsabandiyah[11] dan lainnya. Mereka masing-masing mengklaim bahwa kamilah yang paling benar, golongan selain kami salah. Padahal Islam sangat melarang untuk berpecah belah dan bergolong-golongan[12] sebagaimana Firman Allah, وَ لاَتَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ 31 مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَ كَانُوْا شِيَعًا ، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ 32 “ Janganlah kalian menjadi orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang berpecah belah dalam agamanya dan mereka bergolong-golongan. Setiap golongan bangga dengan golongan mereka masing-masing.”[13] Tokoh-tokoh Tasawuf Banyak sekali pendapat dari tokoh-tokoh tashawwuf yang menyimpang dari al-Quran dan as-Sunnah serta jauh dari apa yang diamalkan oleh para sahabat Nabi ﷺ. Semoga Allah melindungi kita dari berbagai macam keyakinan yang menyimpang. Diantara pendapat tersebut adalah Ibnu Arobi Ia adalah salah seorang tokoh shufi yang terkenal, dimakamkan di Damaskus. Di dalam kitabnya berjudul Futuhat Al Makkiyah, dia berkata, “ Bisa saja sebuah hadits yang sebelumnya dihukumi shahih oleh ahlul hadits berdasarkan jalan periwayatannya, kemudian dihukumi tidak shahih oleh orang yang memiliki ilmu kasyaf ilmu menyingkap rahasia, dengan alasan telah menanyakan langsung kepada Rasulullah ﷺ baik lewat mimpi atau dan Rasulullah mengingkari hadits shahih tersebut dan menegaskan bahwa beliau belum pernah mengatakan hadits itu dan belum pernah menetapkan satu hukum dari hadits tersebut. Sehingga hadits shahih tersebut berubah menjadi hadits dha’if, harus ditinggalkan serta tidak boleh diamalkan berdasarkan keterangan langsung dari Rasulullah ﷺ melalui Allah. Walaupun hadits itu telah diamalkan oleh ahli riwayat ahlul hadits karna riwayatnya shahih, tetapi pada hakikatnya hadits tersebut tidak boleh diamalkan.” Pendapat aneh ini juga dapat ditemukan pada muqaddimah buku Al-Hadits Al-Musytahirah . Pendapat ini jelas-jelas berbahaya dan merupakan ancaman terhadap hadits-hadits Nabi ﷺ. Selain itu pendapat ini juga mencela dan merendahkan ulama-ulama ahli hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim dan lain-lain.[14] Ibnu Arabi mengajak kepada persatuan agama-agama yaitu Yahudi, Nasrani, Penyembah berhala dan Islam. Dia berkata “ Dulu aku mengingkari teman yang berbeda agama denganku. Tetapi hari ini hatiku telah lapang menerima perbedaan. Karena itu biarkanlah padang rumput untuk kumpulan rusa, biara untuk para rahib, candi untuk berhala, Ka’bah untuk orang thawaf, batu tulis untuk Taurat dan Mushaf untuk Al-Quran.”[15] Pendapat ini dibantah dengan Firman Allah, وَ مَنْ يَبْتَغِيْ غَيْرَ الْإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَ هُوَ فِيْ الْآخِرَةِ مِنَ الْخَٰسِرِيْنَ 85 “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”[16] Ibnu Arabi juga berkeyakinan bahwa Allah adalah makhluk dan makhluk adalah Allah. Keduanya saling menyembah satu dengan yang lain. Hal ini tersirat dalam syairnya, “Dia memujiku dan akupun memujiNya Dia menyembahku dan akupun menyembahNya ?”[17] Dalam bukunya Al-Fushush haqiqat Ibnu Arabi juga pernah berkata, “ Sesungguhnya seorang laki-laki ketika meniduri istrinya, sebenarnya sedang meniduri Al-Haq.[18] Kita berlindung kepada Allah dari perkataan yang rusak ini. An-Naabalusi Dia menerangkan kata-kata Ibnu Arabi diatas dengan kalimat, “sesungguhnya dia sedang menyetubuhi Al-Haq.” [19] Abu Yazid Al-Bustami Di saat bermunajat kepada Allah, dia berkata, “ Ya Allah! Hiasilah diriku dengan ke-Maha EsaanMu. Kenakanlah kepadaku pakaian keRabbaniyahanMu. Dan angkatlah aku sampai ke derajat Mahatunggal seperti DiriMu. Sehingga jika orang-orang melihat diriku, mereka akan mengatakan, Oh, kami telah melihat Allah.” Abu Yazid berkata, “ Mahasuci aku, mahasuci aku, betapa agung keadaanku, surga bagiku tak lain hanyalah mainan anak-anak saja!!’[20 Jalaludin Rumi Dia pernah berkata, “ Saya seorang muslim. Tapi saya juga seorang Nasrani, penganut Budha dan Zoroaster. Tempat ibadahku bukan satu. Bisa di masjid, gereja, ataupun candi.”[21] Ibnu Faridh Dia pernah berkata, “ Sesungguhnya Allah pernah menampakkan diri kepada Qais dengan bentuk rupa Laila, pernah menampakkan diri kepada kutsair dengan bentuk rupa Azah, pernah menampakkan diri kepada Jamil bentuk rupa Butsainah.” Kalimat ini terdapat dalam Qasidah kumpulan syair-syair nya dengan judul At-Taiyah Al-Ma’rufal. Dala qasidah ini dia mengakui bahwa peristiwa itu adalah Tajliyat Al-Haq penampakan Allah[22] Rabi’ah Al-Adawiyah Ketika ditanya oleh seseorang, “ Apakah anda benci kepada setan? “ Dia menjawab, “ sesungguhnya hatiku yang telah terpenuhi oleh kecintaan kepada Allah, tidak menyisakan sedikitpun kebencian kepada siapa saja.” Dalam munajatnya, dia pernah berdoa, “ Ya Allah, jika aku menyembahMu karna takut neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu.” Padahal Allah berfirman, يٰۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيْكُمْ نَارًا. . . “ Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …”[23] Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh dan aqidah tashawwuf yang bertentangan dengan Al-Quran dan as-Sunnah.[24] Penyimpangan Aqidah Tasawuf dari Al-Quran dan Sunnah Penyimpangan tashawwuf dalam masalah aqidah banyak sekali. Berikut diantaranya Mereka membangun ibadah-ibadah mereka dengan rasa cinta saja dan tidak mempedulikan rasa takut dan harap, sebagaimana dikatakan oleh sebagian mereka,” Saya beribadah kepada Allah bukan karna menginginkan Surga tidak pula takut dengan Nereka.”[25] Mereka menjadikan kubur-kubur para wali, orang shalih atau yang lainnya sebagai tempat ibadah. Mereka mengajak manusia untuk menyembah kubur, beribadah di sisi kubur, bertawassul kepada penghuni kubur, bertabarruk kepada mereka, minta syafaat kepada mereka dan yang lainnya dari perbuatan syirik.[26] Secara umum, dalam beragama dan beribadah mereka tidak merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah dan tidak mencontoh Nabi ﷺ. Yang menjadi rujukan mereka adalah perasaan mereka, ajaran guru-guru mereka berupa tarekat-tarekat yang bid’ah, berbagai dzikir dan wirid yang bid’ah, bahkan mereka juga berdalil dengan cerita-cerita, mimpi-mimpi dan hadits-hadits palsu untuk membenarkan ajarannya. Itu semua sebagai ganti dari berdalil dengan Al-Quran dan As-Sunnah.[27] Mereka melazimi terus-terus mengamalkan dzikir dan wirid yang dibuat oleh guru mereka sehingga menjadi terikat dengannya, beribadah dengan membacanya, bahkan bisa jadi mereka lebih mengutamakan dzikir dan wirid itu daripada membaca Al-Quranul Karim. Dan mereka menamakannya dengan “ dzikir khusus”. Adapun dzikir yang berasal dari Al-Quran dan As-Sunnah mereka namakan dengan “ dzikir umum”. Maka kalimat laa ilaaha illallah menurut mereka adalah dzikir umum. Adapun dzikir khusus adalah bentuk kata tunggal yaitu “ Allah”, sedang dzikir lebih khusus lagi khashshatul khashashah ialah kata “ Huwa Dia”.[28] Mereka berlebih-lebihan terhadap para wali dan guru-guru mereka. Ini bertentangan dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’[29] Sebagian mereka mengatakan,” Maqam kedudukan/derajat kenabian di alam barzakh berada sedikit di atas rasul dan berada di bawah wali.”[30] Mereka bertaqarrub kepada Allah melalui nyanyian, tarian, memukul rebana, dan tepuk tangan. Mereka mengganggap hal ini sebagai bentuk ibadah kepada Allah.[31] Membagi manusia menjadi empat tingkatan syari’at, tarekat, hakikat, dan ma’ Menurut mereka, apabila seseorang telah mencapai derajat ma’rifat maka orang itu bebas dari kewajiban syari’at dan tidak perlu lagi shalat, puasa, dan lainnya atau tidak perlu lagi menjauhi larangan seperti zina, minum khamr, dan lain-lain??!!.[32] Membuat-buat dan menetapkan berbagai macam ibadah bid’ah seperti shalat, dzikir, dan lainnya yang tidak ada asal-usulnya dalam agama Islam.[33] Berdzikir berjama’ah dengan suara keras dan dengan satu suara.[34] Berdzikir dengan lafadz “ Allah, Allah, Allah, …” atau “ Huwa, Huwa, Huwa …” atau “ Hu, Hu, Hu ..”[35] Adanya ajaran bi’[36] Ghuluw kepada guru-guru mereka sampai mereka sujud dan menyembah guru-guru mereka yang telah mati.[37] Mereka mengatakan adanya ilmu batin dan ilmu lahir.[38] Dan menurut mereka ilmu yang mereka dapatkan itu terkadang langsung dari Allah, terkadang melalui Malaikat, terkadang mengambil dari Nabi Khidir, terkadang dari mimpi, bahkan terkadang mereka menyangka bahwa mereka mengambil ilmu dari lauhul Mahfudz???!!.[39] Kalangan yang ekstrim dari mereka mengatakan bahwa Allah menitis ke makhlukNya, dan meyakini bahwa Allah adalah makhluk dan makhluk adalah Allah??!!.[40] Dan berbagai macam aqidah menyimpang lainnya.[41] Referensi [1] Majmuu’ fataawa XI/6-7 dan Haqiiqatush shuufiyyah Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [2] Para ahli Tashawuf mengalami banyak kerancuan dan perbedaan yang membingungkan mereka dalam menisbatkan istilah sufi sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Talbis Iblis Lihat Bab Kerancuan mereka ahli Tashawwuf dalam menjelaskan penisbatan istilah sufi dalam kitab Talbis iblis oleh Ibnul Jauzi yang ditahqiq oleh syaikh Ali Hasan al-Halabi, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Pustaka Imam Syafi’I, hal. 220-223 [3] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 12 [4] Majmuu’ fataawa XI/16 Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [5] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [6] Dalam kitabnya ash-shufiyyah mu’taqadan wa maslakan [7] Ash-shufiyyah mu’taqadan wa maslakan dikutip dari Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [8] At-Tashawwuf al-Mansya’ wal mashadir cet. I/Idaarah Turjumanis Sunnah, Lahore-Pakistan, H Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [9] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab as-Sunnah, bab mengikuti Jamaa’ah IV201, Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi, dalam kitab al-Ilm bab riwayat berpegang pada sunnah dan menjauhi Bid’ah V44, Beliau berkomentar “ Hadits ini hasan shahih.” Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah dalam Mukaddimah, bab Mengikuti al-Khulafa ar-Rasyidun al-Mahdiyin I15-16, dan Ahmad IV46-47 Lihat kitab Nurus Sunnah wa zhulumatul bid’ah fi Dhau’il kitab was Sunnah yang ditulis oleh Dr. Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani yang diterjemahkan oleh Abu Umar Basyir, penerbit Darul Haq, Hal. 54-55 [10] Diraasaat fit Tashawwuf Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [11] Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 13 [12] Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 13 [13] Al-Quran Surat ar-Rum31-32 [14] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 39-40 [15] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 41 [16] Al-Quran Surat Ali Imran85 [17] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [18] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [19] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [20] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [21] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 43 [22] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 43 [23] Al-Quran Surat at-Tahrim 6 [24] Lihat penjelasan detail tentang penyimpangan aqidah tashawwuf dalam kitab Talbis iblis oleh Ibnul Jauzi yang ditahqiq oleh syaikh Ali Hasan al-Halabi, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, hal. 218-568, lihat pula Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 14-38 [25] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [26] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [27] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [28] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [29] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [30] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [31] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [32] At-Tashawwuf al-Mansya wal mashadir dan Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [33] Al-Fikrus Shuufi Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [34] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [35] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [36] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [37] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [38] At-Tashawwuf al-Mansya wal mashadir Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [39] Al-Fikrus Shuufi Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [40] Al-Fikrus Shuufi Lihat Mulia dengan manhaj salaf, hal. 527 [41] Lihat penjelasan detail tentang penyimpangan aqidah tashawwuf dalam kitab Talbis iblis oleh Ibnul Jauzi yang ditahqiq oleh syaikh Ali Hasan al-Halabi, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, hal. 218-568, lihat pula Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 14-38 HJe2HWI.
  • y8w3l691z4.pages.dev/697
  • y8w3l691z4.pages.dev/213
  • y8w3l691z4.pages.dev/53
  • y8w3l691z4.pages.dev/650
  • y8w3l691z4.pages.dev/636
  • y8w3l691z4.pages.dev/702
  • y8w3l691z4.pages.dev/41
  • y8w3l691z4.pages.dev/668
  • y8w3l691z4.pages.dev/597
  • y8w3l691z4.pages.dev/781
  • y8w3l691z4.pages.dev/278
  • y8w3l691z4.pages.dev/862
  • y8w3l691z4.pages.dev/84
  • y8w3l691z4.pages.dev/696
  • y8w3l691z4.pages.dev/149
  • hakikat jodoh menurut tasawuf